Senin, 12 Februari 2018

Kamu I

Aku sudah bilang bahwa kamu akan pergi, namun kamu menolak mentah kata-kataku. Aku lelah jika pada akhirnya harus menuntut janji padamu. Jangan bicara apapun selama aku menatapmu, jangan... Biar saja aku menatap lama mata itu, yang membuatku jatuh cinta kemarin. Jangan rusak konsentrasiku untuk membuat kenangan esok hari tentangmu dihari ini, mungkin saja besok kamu telah menghilang. Ingin rasanya aku merekam semua ingatan ini, namun akan lebih indah jika aku berusaha untuk mengingatmu dalam fikiranku. Seseorang yang tidak kesulitan untuk membuatku jatuh hati, pada akhirnya benar-benar membuatku jatuh, jatuh pada luka yang membekas.
Justru kamu belum berbuat apa-apa, hanya aku mempersiapkan diri untuk tidak sakit nantinya, tidak sesakit perpisahan pertama. Setiap pagi, yang kunanti kabarmu, setiap malam, yang kunanti kabarmu... Yang mungkin akan berkurang dan lalu terlupakan (lagi).

Aku mau kamu.

Kamis, 08 Februari 2018

Rindu

Mengapa harus bertemu jika untuk terjebak pada pola yang sama...
Aku kembali padamu

Kembali pada tempat ternyaman lalu memutuskan untuk sakit dimasa depan.

Aku hanya merasakan pelukanmu yang aku rindukan selama ini.
Apakah aku memiliki hatimu? Apakah harapan itu akan pergi saat kita terbiasa sendiri seperti dulu? Jangan, aku kecewa dua kali... Haruskah aku terjatuh berulang kali hanya karena rindu? Jangan buat tulisanku tidak bernyawa. Jangan buat matahari kehilangan kehangatannya. Bisakah rindu itu tumbuh menjadi seseorang yang kamu peluk, lalu kamu panggil dengan cinta....

Seperti hujan yang terganti pelangi... Seperti bulan yang terganti mentari... Aku menjaga rindu yang membekas tidak peduli berapa lama menunggu untuk melepaskannya.

Senin, 29 Januari 2018

Kecintaan Terhadap Harapan

Jadi aku sadar begitu lama, begitu terlambat... Jika sebenarnya cinta itu adalah kasih yang ingin aku miliki, namun harus melupakan dan berbohong karena keterbatasan. Diam-diam aku menangis ketika tubuh berbalik arah darimu sore itu. Angin sore membawa kenangan itu kembali setelah bertahun lamanya aku tidak mendengar kabarmu. Rasanya tubuh ini kembali ingin disentuh sekali lagi, bagaimana aku tidak dapat berbohong sedikitpun padamu tentang apa yang aku butuhkan... Kamu... Pelukkanmu... Sempurna... Mengapa begitu sedih, sakit dan pilu saat pertemuan singkat dapat menumbuhkan kembali ingatan. Rasanya ingin aku kalahkan segala rintangan hidup agar tidak terpisah. Ingin aku lakukan apa saja demi bisa bersamamu lebih lama. Berfikir detik-detik bersamamu tanpa suara lebih berarti daripada segudang aktivitas dihari biasanya. Tidak bisakah kamu mencoba untukku sekali? Aku akan menunggu jika itu diperlukan, seperti angin musim semi, pergi hanya sementara dan tahu kapan akan kembali. Sepintas harapan itu aku doakan di dalam hati. Katakan saja jika ketidak mungkinan itu dapat aku harapkan, akan aku berikan yang paling berharga bagiku, waktuku. Waktu untuk menunggu, mencintai, memaafkan dan hidup lebih lama.

Aku sudah hampir melupakan semua hal yang pernah terjadi, karena tidak sengaja aku jatuh cinta padamu dan itu melukaiku sangat dalam. Aku berharap seperti saat aku menepuk air dihadapan wajahku. Aku begitu konyol pernah menangis beberapa saat ketika aku tahu semua ini sia-sia. Aku berhasil melupakan wajahmu meskipun rasa itu tetap aku ingat. Aku mencari semua bayangan yang seperti dirimu namun tidak ada seorangpun. Kamu seperti candu yang menyakitkan meskipun tidak ada yang kamu lakukan. Tolong, hanya waktu yang aku inginkan. Setelah semua berhasil aku lalui, aku menganggap diriku bodoh, aku memendam rasa yang hampir tidak terlihat oleh dunia. Malaikat memelukku, namun tidak seindah pelukkanmu... Memang.. Cinta itu membutakanku.
Aku datang tanpa berharap...namun itu bohong belaka, yang benar adalah "aku datang dengan harapan akan dirimu..." aku gali lagi apa yang sudah aku sembunyikan bertahun-tahun. Hujan itu mengantarkan rinduku padamu. Kekasih yang tidak pernah aku sebut dimanapun selain dalam hatiku.
Kamu bagai Rangga yang mencintai tanpa kepastian, diam lalu pergi membawa segudang rasa yang tidak pernah mati. Ketidak sengajaan itu membuatmu datang padaku, haruskah aku melepasmu lagi? Haruskah aku pertahankan egoisku untuk mengatakan tidak? Setelah pertemuan singkat itu kini aku terjebak dalam kebodohan yang sama, memendam perasaan lagi. Entah kebodohan ini merayap akrab bersamaku saat memikirkanmu, kamu mampu untuk tidak merubahku jadi siapapun
Bagaimana Cinta tidak kembali pada Rangga?

Katakan pada mereka bahwa kamu ada kesempatan untuk memberikanku bahagia. Akan aku lawan semua orang yang menjahatimu. Aku akan menunggu puluhan purnama jika aku adalah tempatmu kembali.

Aku tahu apa yang aku mau... Peluk aku saat aku sadar kamulah penyebab semua harapan.

Minggu, 07 Januari 2018

Jadi itu yang membuatku tergila-gila. Suaramu, deru nafas hingga caramu mendekap. Mengapa aku bisa sangat menginginkanmu hingga cinta tidak terlihat karena terbias oleh sifat obsesi? Aku bisa menjauh darimu hingga berpuluh kilometer dari jarakku saat ini, namun saat kamu mendekat, ada rasa candu yang membuatku tenggelam, dalam dan lebih dalam hingga daratan tidak terlihat. Aku tenggelam oleh rasa bersalah yang begitu indah. Obsesiku begitu nyata hingga aku terjebak. Aku tidak bisa melepaskan pelukkanmu, aku pasrah dalam genggamanmu. Hingga rasa lupa tidak pernah muncul dalam benak akan rasa hangat bibirmu dikala itu. Oh… benar saja aku tergila-gila. Kubuat kamu lupa dengan duniamu, aku milikimu… Segera…

Jumat, 05 Januari 2018

Semestaku ❤

Separuh kenangan itu adalah kamu. Jika aku memindahkan yang indah saja apakah bisa membuatmu tetap tinggal? Apakah hal indah sejauh ini tetap menjadi alasan perpisahan kita? Ada saat kamu dengan tenang menemami, ada saat tiba-tiba kamu begitu hangat atau sebaliknya, ada saat kamu memalingkan wajah saat pertikaian tidak bisa dihindari. Berapa lama aku tidak bersentuhan denganmu? Aku hampir melupakan bagaimana rasa tenang itu melingkupiku. Sudah sejauh mana langkah Matahari mengelilingi bumi saat aku tidak bersamamu? Rindukah senja terhadapku? Atau mungkin sama saja.

Haruskah aku menebak jawaban atas sesuatu yang tidak pasti? Ada kamu yang baik dan buruk dalam satu waktu, ada buruk yang ingin aku buang jauh namun sang baikpun akan pergi bersamanya. Lalu ada pertanyaan dari mereka, "Bagaimana jika semua ini salahku? Bagaimana jika aku terlalu lemah dan tidak berusaha memperbaiki keadaan?" Aku fokus menderita 💔

Ada banyak kesenangan yang tidak mampu aku tulis dan bicarakan, karena betapapun halaman itu terisi tidak mampu mengutarakan bahagia, karena obrolan larut semakin dalam tidak juga bisa mengerti mengapa saat itu aku berjuang. Aku menelan pil pahit yang kamu berikan agar aku bisa terus berjalan bersama-sama meskipun aku tidak menginginkan hal yang sama berlaku padamu. Saya pernah mencintai tanpa alasan sebelum tanpa alasan menjadi penyebab perpisahan ini.

Rabu, 03 Januari 2018

Jakarta, Malam ini...

Sadar jika belum terlambat. Bolehkah saya menoreh kebelakang? Masalahku bukan masalahmu sedangkan masalahmu adalah milikku. Tak apa jika kamu tidak bisa seromantis atau sedramatis Aristophanes, karena selama ini kamulah yang aku cari. Kamulah yang selalu kusebut saat bumi mencurahkan isi hati. Kamu yang aku ingkari mati-matian saat luka tertoreh lagi dan lagi. Namun kamu yang aku cari saat senang atau sedih. Kamu yang aku fikirkan mengapa emosi begitu melekat saat ini. Aku tau kamu, aku pahami, aku menyerah dan payah. Aku tidak dapat menyelesaikan apa yang sudah aku mulai. Jika saja melupakan luka semudah melupakan janji palsu kala itu pastilah hati tidak akan jadi jaminan terbengkalai oleh pemilik bodoh yang memprioritaskan ego.
Sayap sudah aku patahkan untuk hidup bersamamu, apalah daya takdir menuntunmu pergi perlahan dari jalan ini, aku hanya diam menyeka duka terpaku dan tahu bahwa aku akan menjadi rumah bagimu kembali, kala cinta Thisbe pada Phyramus

Senin, 25 Desember 2017

Jika..

Aku sedang menangisi seseorang yang pada akhirnya bisa berubah sesuai dengan asa yang melabung tinggi. Seseorang yang mati-matian ingin pergi tanpa berkata apapun namun kembali menoreh ketika aku hendak pamit di ujung jalan itu. Aku penuh dengan tekanan yang menyiksa karena pernah mencintaimu dengan dalam sebelum kamu membunuhku perlahan. Aku berusaha selalu ada dan menjadi pendengar yang baik sebelum kamu melupakanku dengan kesibukanmu. Tak pernahkah kamu berfikir jika aku butuh kabarmu? Aku butuh jadi bagian dari sepenggal cerita hari-hari rutinitas yang melelahkan itu. Aku butuh bukan hanya sekedar perempuan yang sering kau temui, aku butuh kamu, aku sebagai rumah tempatmu kembali... Entah itu impian saja atau hanya kamu harus sadar setelah aku menyerah. Karena merelakan perpisahan tidak lebih sakit ketimbang harus pasrah jatuh cinta kepadamu beberapa tahun lalu. Seperti penyesalan yang aku ketahui sebelum itu terjadi. Seperti badai yang tertera pada ramalan dimalam itu. Seperti bencana yang kunantikan. Seperti sakit hati yang aku tunggu kedatangannya. Namun tetap aku lalui dengan menghitung hari seberapa banyak lagi ingatan yang akan kami bentuk dalam tangisan. Kamu selalu mendapatkan maaf tanpa kamu minta. Ada banyak persediaan maaf didalam fikiran ini yang siap diberikan tanpa kata-kata setiap saat agar kamu tetap memilikiku meskipun aku menangis dalam diam. Terasa jarak begitu memisahkan ketika aku benar sadar kita meminta sesuatu yang sama namun pada Tuhan yang berbeda. Terimakasih Tuhan berkahMu sungguh luar biasa kamu berikan aku sakit agar aku menghargai apa itu dicintai. Bapa, kamu selalu mencintaiku, bisakah ini dibuat mudah bagi dia?