amu, adalah
alter ego yang terlepas dari raga sesungguhnya, memilih pergi dari pangkuanNya
menyusuri tandusnya Bumi. Menyembunyikan diri dari khalayak ramai, mencari
dinding dingin untuk menempel. Terlahir dari keindahan surga, kamu lahir dan
tumbuh sendiri, menyebrangi awan hitam yang menyimpan petir, dengan pasti kamu
tau setiap saat bisa menyambarmu dan menerpurukanmu di tanah adam. Sendiri? Apa
masalah? Bukannya kamu terbiasa dengan kesunyian desir angin yang mengancam?
Kamu siapa? Adakah kah yang mengenalmu? Adakah yang mencium aromamu hingga
menaikkan bulu romamu? Tuhan mempersiapkan kamu, untuk menjadi pemimpin pasukan
tersembunyi bagi jiwa yang butuh perlindungan, Tuhan mempercayaimu untuk
pelindung raga yang lemah akan sakit. “Zelice jatuh cinta dengan Adam di Bumi.”
Nantinya akan dipakaikan pakaian yang mahal dan mempesona meski saat ini hanya
ruhmu yang bertelanjang bulat menyusuri bumi Allah, namun hanya aku saat ini
yang membicarakanmu, yang menulismu, yang melihatmu selain mereka para malaikat
kudus Allah yang sibuk memperhatikanmu dari kejauhan sana dengan kenikmatan
tiada tara. Kamu, Zelice...
Begitu Dia memberimu nama. Nama yang cantik untuk Ruh Malaikat yang terpuji. Bosankah
kamu dengan tak berwujudnya kamu saat ini? Ini pilihanmu bukan? Bahkan dia
menuruti apa yang jadi kehendakmu dengan menyusuri bumi walau mencari, entah
apa yang kamu cari sayang? Aku... Bisakah aku meminjamkan ragaku untukmu?
Bodohkah aku? Atau... Begitu banyak tanda tanya difikiranku yang siap mengancam
memori pendekku karena kamu, bayangan cantik yang muncul sekelebat. Kamu, patutkah aku iri saat aku bisa
memandangmu dari jendela kamarku disetiap malam? Bisakah aku bicara padamu?
Malaikat bersayap hitam bertelanjang. Taukah kamu tentang aku yang
memandangimu? Sengajakah? Atau ini kecerobohanmu yang akan mengantar pada
tempat yang lebih buruk dari Bumi? Hendaklah kemari, kunjungi aku gads cacat di
kursiroda. Aku menghardik diriku sendiri
mencaci sesuatu yang aku tau tak akan bisa berganti. Sedangkan kamu antara
kekaguman dan keirianku. Bisakah kamu menyentuh kulit tubuhku yang kering
karena tak terawat ini? Atau kenapa
tidak kamu rubah saja rupa burukku dan kaki cacatku. Apa kamu mau membantu?
ku menyusuri daratan yang berair menghinggapi apa yang
bisa aku tumpangi. Aku terkadang lelah dengan apa yang aku cari. Aku sering
menangis ketika melihat apa yang seharusnya tak aku lihat ketika masih di Tanah
Firdaus Oh... Aku merindukan itu. Haruskah aku ikut merasa sakit dengan apa
yang aku lihat. “Aku terlalu suci, oooh aku naif...”
Aku Malaikat, yang mencari kamu. Pria yang aku lihat saat
menyusuri jalan desa berwangikan surga. Aku mencari... Aku mencium menerka-nerka
dimana baumu dapat aku hirup. Aku seperti manusia yang sedang jatuhcinta...
“Kamu, Malaikat Zelice...” sontak aku menyapanya malam
itu.
“Kamu, Erine gadis kebanggan Tuhan. Bersabarlah dalam
nikmat kuasa yang diberikan olehNya kepadamu...” Dia sujud berbicara dengan
membelai kakiku.
“Aku adalah fansmu yang mungkin hanya satu didunia.
Bukankah? Hanya aku bukan? Hei kemana sayap hitammu? Rupamu tak lagi sama...”
kalimatku terpotong dengan dengus nafasnya yang mendekati punggungku. Tuhan,
aku dipeluk oleh Malaikatmu. Seketika aku terlelap dipelukannya, lalu...
Menghilang seperti asap kabut tebal malam. Aku dikelabui...
“Tidurlah
sayang, tidurlah. Penglihatanmu tentang aku akan membuatku sulit pada nantinya.
Tidurlah dalam pelukanku. Tidurlah, akan aku nyanyikan lagu kesukaanmu sebelum
tidur yang sering Ibumu nyanyikan pada setiap malam untuk menenangkan kamu saat
menangis meminta Asi. Aku menyaksikan itu dari kejauhan. Tidurlah Erine...
Tidurlah gadis penyayang...” Dia menghilang sesaat setelah itu. Pergi ditiup
angin. Pergi menyusuri Bumi mencari Adam, pria misterius disenja itu.
Ranting pohon bergesekkan menimbulkan suara khasnya yang
kasar. Harum cemara sore itu, menyembunyikan harum-harum sesungguhnya. Harum
orang yang berlalu-lalang yang menggunakan parfum buatan manusia tanpa
memperhatikan keberadaannya yang bertengger di batang pohon kokoh. Dia
perhatikan satu persatu manusia yang sibuk dengan urusan masing-masing.
Kemanusiaannya terbentuk....
Aku rasakan bulu sayapku perlahan rontok ketika tertiup
angin. Sebentar lagi aku dapatkan tubuh manusia tanpa sayap tanpa ekor emas
ini. Tuhan, aku merinduimu... Maafkan aku. Sungguh baik Engkau. Aku berjanji,
hanya dia Adam yang aku cari. Hanya dia... Maaf menyalahkan takdirmu. Tuhan,
akan aku jaga raga pinjaman ini.
Tuhan, berkati aku, ZeliceMu...
Malaikat MalamMu yang nakal...
Aku terbang. Aku belajar berjalan... Mencarinya, Adam
yang mengusikku setip malam lewat bayangan. Tuhan...