Jumat, 27 Juni 2014

Hitam itu...

Seperti anak jerapah yang tertinggal kawanannya. Bagaimana bisa dengan tubuh yang besar ia malah tertinggal, lalu apakah kawanan lain tidak serta merta mencarinya? Atau mungkin...

"Sebagian besar orang mengatakan bahwa dirinya itu berbeda dengan orang lain, ya... ! mungkin berbeda mungkin juga hanya berpura-pura menjadi beda." Saat ini aku menulis dengan tangan gemetar merasakan seperti hypotermia di kota Jogja. "Lalu orang yang berbeda itu sudah bisa menikmati takdir, takdir yang hangat bisa diperhatikan orang lain secara gamblang dan sengsara ketika privasinya terenggut sedikit demi sedikit. Namun berbeda bagi mereka para munafik, mereka harus bersusah payah membuat mini opera yang bisa membuat perhatian orang lain itu mengarah padanya. Meskipun sebenarnya bukan itu yang mereka inginkan. Kamu, kamu berbeda... kamu tidak bisa aku kategorikan kedalam 2 jenis tadi. Kamu... Bukan manusia bahkan, bagiku. Mungkin hanya kulit luarmu saja namun tidak untuk hati dan fikiranmu yang meracau setiap pandangan dunia padamu. Kadang aku mencintai sosokmu wahai gelap, kadang aku berlari sekencang mungkin meninggalkanmu, dan setelah aku berlari jauh, ternyata aku hanya berlari ditempat. Kamu, adalah 4 huruf yang berorientasi menjadi seseorang yang hendak ku kenal, yang hendak menikam dalam gelap yang kamu kenalkan padaku sebagai penerang. Dan ketika hujan, aku tau... Kamu... adalah putih yg tersembunyi dan..." tubuhku menggigil menunggu sang hitam datang...