Tampilkan postingan dengan label him?. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label him?. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 17 Mei 2014

Kamu Malaikat...



K
amu, adalah alter ego yang terlepas dari raga sesungguhnya, memilih pergi dari pangkuanNya menyusuri tandusnya Bumi. Menyembunyikan diri dari khalayak ramai, mencari dinding dingin untuk menempel. Terlahir dari keindahan surga, kamu lahir dan tumbuh sendiri, menyebrangi awan hitam yang menyimpan petir, dengan pasti kamu tau setiap saat bisa menyambarmu dan menerpurukanmu di tanah adam. Sendiri? Apa masalah? Bukannya kamu terbiasa dengan kesunyian desir angin yang mengancam? Kamu siapa? Adakah kah yang mengenalmu? Adakah yang mencium aromamu hingga menaikkan bulu romamu? Tuhan mempersiapkan kamu, untuk menjadi pemimpin pasukan tersembunyi bagi jiwa yang butuh perlindungan, Tuhan mempercayaimu untuk pelindung raga yang lemah akan sakit. “Zelice jatuh cinta dengan Adam di Bumi.” Nantinya akan dipakaikan pakaian yang mahal dan mempesona meski saat ini hanya ruhmu yang bertelanjang bulat menyusuri bumi Allah, namun hanya aku saat ini yang membicarakanmu, yang menulismu, yang melihatmu selain mereka para malaikat kudus Allah yang sibuk memperhatikanmu dari kejauhan sana dengan kenikmatan tiada tara. Kamu, Zelice... Begitu Dia memberimu nama. Nama yang cantik untuk Ruh Malaikat yang terpuji. Bosankah kamu dengan tak berwujudnya kamu saat ini? Ini pilihanmu bukan? Bahkan dia menuruti apa yang jadi kehendakmu dengan menyusuri bumi walau mencari, entah apa yang kamu cari sayang? Aku... Bisakah aku meminjamkan ragaku untukmu? Bodohkah aku? Atau... Begitu banyak tanda tanya difikiranku yang siap mengancam memori pendekku karena kamu, bayangan cantik yang muncul sekelebat.  Kamu, patutkah aku iri saat aku bisa memandangmu dari jendela kamarku disetiap malam? Bisakah aku bicara padamu? Malaikat bersayap hitam bertelanjang. Taukah kamu tentang aku yang memandangimu? Sengajakah? Atau ini kecerobohanmu yang akan mengantar pada tempat yang lebih buruk dari Bumi? Hendaklah kemari, kunjungi aku gads cacat di kursiroda.  Aku menghardik diriku sendiri mencaci sesuatu yang aku tau tak akan bisa berganti. Sedangkan kamu antara kekaguman dan keirianku. Bisakah kamu menyentuh kulit tubuhku yang kering karena tak terawat ini?  Atau kenapa tidak kamu rubah saja rupa burukku dan kaki cacatku. Apa kamu mau membantu?
A
ku menyusuri daratan yang berair menghinggapi apa yang bisa aku tumpangi. Aku terkadang lelah dengan apa yang aku cari. Aku sering menangis ketika melihat apa yang seharusnya tak aku lihat ketika masih di Tanah Firdaus Oh... Aku merindukan itu. Haruskah aku ikut merasa sakit dengan apa yang aku lihat. “Aku terlalu suci, oooh aku naif...”
Aku Malaikat, yang mencari kamu. Pria yang aku lihat saat menyusuri jalan desa berwangikan surga. Aku mencari... Aku mencium menerka-nerka dimana baumu dapat aku hirup. Aku seperti manusia yang sedang jatuhcinta...
“Kamu, Malaikat Zelice...” sontak aku menyapanya malam itu.
“Kamu, Erine gadis kebanggan Tuhan. Bersabarlah dalam nikmat kuasa yang diberikan olehNya kepadamu...” Dia sujud berbicara dengan membelai kakiku.
“Aku adalah fansmu yang mungkin hanya satu didunia. Bukankah? Hanya aku bukan? Hei kemana sayap hitammu? Rupamu tak lagi sama...” kalimatku terpotong dengan dengus nafasnya yang mendekati punggungku. Tuhan, aku dipeluk oleh Malaikatmu. Seketika aku terlelap dipelukannya, lalu... Menghilang seperti asap kabut tebal malam. Aku dikelabui...
“Tidurlah sayang, tidurlah. Penglihatanmu tentang aku akan membuatku sulit pada nantinya. Tidurlah dalam pelukanku. Tidurlah, akan aku nyanyikan lagu kesukaanmu sebelum tidur yang sering Ibumu nyanyikan pada setiap malam untuk menenangkan kamu saat menangis meminta Asi. Aku menyaksikan itu dari kejauhan. Tidurlah Erine... Tidurlah gadis penyayang...” Dia menghilang sesaat setelah itu. Pergi ditiup angin. Pergi menyusuri Bumi mencari Adam, pria misterius disenja itu.
Ranting pohon bergesekkan menimbulkan suara khasnya yang kasar. Harum cemara sore itu, menyembunyikan harum-harum sesungguhnya. Harum orang yang berlalu-lalang yang menggunakan parfum buatan manusia tanpa memperhatikan keberadaannya yang bertengger di batang pohon kokoh. Dia perhatikan satu persatu manusia yang sibuk dengan urusan masing-masing. Kemanusiaannya terbentuk....
Aku rasakan bulu sayapku perlahan rontok ketika tertiup angin. Sebentar lagi aku dapatkan tubuh manusia tanpa sayap tanpa ekor emas ini. Tuhan, aku merinduimu... Maafkan aku. Sungguh baik Engkau. Aku berjanji, hanya dia Adam yang aku cari. Hanya dia... Maaf menyalahkan takdirmu. Tuhan, akan aku jaga raga pinjaman ini.

Tuhan, berkati aku, ZeliceMu...
 Malaikat MalamMu yang nakal...

Aku terbang. Aku belajar berjalan... Mencarinya, Adam yang mengusikku setip malam lewat bayangan. Tuhan...






Rabu, 15 Januari 2014

Lagi, Bangunkan...

Aku membiarkan diriku berlama-lama terendam dalam kubangan air sabun. Aku perhatikan lekukan tubuhku yang sintal. Aku memejamkan mata, mengingat bagaimana mesranya kamu, memeluk aku. Disaat seperti ini sering kali aku merindukan kamu. Laki-laki yang kata mereka tak pantas untuk aku rindukan. Tapi mulut boleh bergema, mulut boleh berucap namun hati siapa yang tau? Siapa yang menyangka meskipun mereka menghujatmu dengan sinis, kamu masih mendapat tempat yang bagus dihatiku? Oh Tuhan, aku merindukannya, sungguh merindukannya. Merindukan bagaimana caranya dia mencumbuku disaat-saat romantis itu, begitu intim. Aku tenggelam bahkan tak ingin untuk kehilangan moment seperti itu. Aku melihat dia begitu mencintaiku, tulus. Setulus dekapannya yang hangat membelai punggungku. Dan ketika ciumannya mendarat di bibirku, aku lupa. Lupa segala-galanya. Kamu.... kamu begitu memanjakanku dengan seluruh perhatian dan kemesraan itu. Aku lupa, aku tidak ingat dengan apa yang disebut nyata, yang aku tau aku hanya butuh kamu di pagi siang sore dan malamku. Aku tak butuh yang lain ketika bersamamu. Dahagaku hilang ketika menatap matamu. Risauku hilang ketika bersentuhan denganmu. Aku rindu, aku merindukan apa yang kamu bilang sebagai kata sayang, apa yang kamu ucap cinta. Apa ini mimpi? Aku terbangun merasakan sakit yang mendalam, semua memoriku tentang aku dan kamu, tentang kita terulang bagaikan film yang sedang diputar, tidak bisa berhenti dan aku dipaksa untuk menyaksikan kisah indah kita dari awal hingga di detik akhir kamu meninggalkan aku. Entah salah siapa, salahmu yang mempermainkanku, salahku yang menaruh kepercayaan lebih padamu, salah waktu yang mempertemukan kita, salah takdir yang memisahkan kita., salah mereka yang tak melarangku agar tak mendekat padamu, salah siapa? Tuhan, aku begitu labil untuk mengerti semua maksut dan tujuanMu kepadaku. Airmata bersimbah bercampur dengan air sabun yang menenggelamkan hampir seluruh tubuhku. Aku mencari-cari kehangatan disisi-sisi bathup, di dinding-dinding tembok, di lipatan kain handuk, namun tidak ada. Bodoh...! Aku memperhatikan tubuh telanjangku di cermin begitu bodoh, polos. Bodoh dan polos. Tidak ada yang memberikanku kenyamanan seperti dirimu. Tuhan...! tampar aku...! Perempuan macam apa aku ini? Mengemis-ngemis perhatian kepada laki-laki yang perhatiannya semu, sayangnya abu-abu dan cintanya tak pasti, bahkan raganya tak dapat aku rengkuh... Lagi... Ingin rasanya aku mengembalikan saat-saat dimana aku pertama bertemu denganmu, Demi Tuhan aku tak menyangkal aku menikmatinya. Tuhan aku mencintainya Tuhan... Aku mencintainya ketika dia baik bahkan buruknya. Kurangkah? Aku mencintainya, aku mau dia, aku mau dia, kembalikan. kembalikan, kembalikan... Kembalikan, bangunkan... bangunkan lagi... Bukalah matanya, Tuhan...

                                                                                                                                                             Selamat tidur wahai kekasih

Sabtu, 11 Januari 2014

when my tears...

Akhirnya pada garis akhir, usahaku sia-sia. Semua yang aku lakukan terhadapnya, semua yang telah aku berikan kepadanya. Tak berarti. Selama ini aku hanya berusaha memenangkan hatinya, yang aku harap disetiap doaku Engkau bisa mendengarnya, bisa mengabulkannya. Yang aku percaya hingga saat ini, tidak ada usaha yang sia-sia. Tak ada pengorbanan yang terabaikan. Dia bilang kepadaku bahwa hidup harus tetap berjalan. Bahwa semuanya tak semudah apa yang aku fikirkan. Tidakkah dia tahu bagaimana fikiranku, jika disetiap kesempatan semua kataku dianggap salah. Ketika semua celotehku tak dia anggap? Jika memang bahagianya bukan terletak padaku, apalah arti semua ini? Dia menipuku? Dia... bahkan aku tak bisa marah ataupun mengatainya dengan kata-kata kasar. Aku tahu engkau saat ini sedang merangkulku agar aku bisa meredakan airmata. Kelak, prosa ini akan dia baca saat aku entah ada dimana. Ketika perasaan terdalamku masih mengalir dalam wadahku. Ketika nafas dalam doaku masih menyebut namanya. Ketika dia sedikit demi sedikit melupakanku. Ketika untaian kata manisnya padaku dia berikan kepada orang lain. Ketika semua orang berkata sudahlah, lupakan tapi aku masih disini menunggu dia yang entah kapan bisa kembali. Entah apa yang bisa menghentikan semua harapan dan doaku. Engkau tahu aku bukan wanita yang gampang menyerah.