Tampilkan postingan dengan label blanket. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label blanket. Tampilkan semua postingan

Rabu, 17 September 2014

Kepada Pria Kekasihku di Masa Depan teruntuk Pelitaku, Wanita Tercantik Sepanjang Waktu...

      Kadang mindset tidak seindah kenyataannya... Emmm... Bukan kadang, tapi memang nyatanya seperti itu. Apalagi bagi orang-orang biasa pada umumnya. "Jika kamu bermimpi sesuatu, bermimpilah tidak ada yang akan melarang tapi berhentilah jika selamanya hanya tersimpan dalam ingatanmu..." Dan aku berusaha sebisaku untuk maju entah bagaimana caranya, entah berapa lama karena Tuhan selalu bersamaku setiap waktu, bukan dibelakang atau didepan namun disampingku. "Belajarlah memegang Komitmen" kalimat itu terus berbunyi berulang-ulang didalam fikiran. Bagaimana tidak, jika sesuatu yang ada didalam fikiran lalu mencuat melalui bibir bertumbuh menjadi setitik harapan yang nyata namun dipaksa untuk berakhir karena keadaan. Begitu munafik jika aku mati rasa terhadap apa yang menyakiti. "Hey... aku bukan wanita, aku gadis remaja yang terperangkap dalam gumaman orang dewasa." Mereka berteriak ditelingaku, semakin keras semakin keras hingga pening lalu terhenti beberapa saat sunyi tidak ada suara... pertanda aku mati, aku terhenti.

      Saat ini terhenti didepan pc dan tangan mematung di keyboard. Aku marah, sejujurnya begitu kecewa dengan respon orang disekelilingku yang aku sendiri tidak tau harus apa. Begitu sulit meluapkan segalanya, aku takut... begitu takut ketika orang lain melihat. Mungkin beberapa dari mereka akan berusaha diam atau tidak ingin membuatku marah. Nyatanya aku masih begitu rapuh, jauh dari apa yang aku sebutkan barusan. Rapuh hingga perkataan orang lain bisa membuatku menangis sendiri, bisa membuatku berfikir berpuluh kali, bisa membuatku terjaga berhari-hari...

      Jika semuanya bisa menjadi lebih mudah saat aku menulis, bagaimana jika aku bisu? membiarkan tangan dan fikiranku berbicara lewat tulisan ini. Menyuarakan betapa sakitnya aku disini terpapar airmata, mengikis polesan makeup yang setiap hari menjadi topeng cantik. perlahan menjauh dari manusia jahat dan mengurung diri akibat mereka, Bodoh? Iya... biarkan aku hidup beberapa detik dengan bodohku ini. Nyatanya aku membiarkan mereka mengacak-acak bagian terpenting hidupku..... Masa Depan...

      Betapa emosi terselubung terpancar dari setiap huruf yang membentuk kalimat-kalimat real yang tidak malu menunjukkan diriku sebagai wanita lemah yang berusaha kuat ditempat antah berantah ini. Bahkan aku telah mempersiapkan berbagai topeng manis dan lucu untuk aku pelihatkan keberbagai manusia dikota ini. Ya... Semua manusia mempunyai topeng sebelum akhirnya bertekuk lutut membuka topeng dihadapan Tuhan lalu mengikat janji dengan manusia lainnya.


Selamat tinggal rasa sakit... Selamat jalan kenangan, terimakasih telah tinggal dalam tulisanku, bersemayam tanpa ada yang tau mengapa... Jangan datang untuk menemuiku dalam mimpi, mungkin saja aku tidak mengenalimu... Jangan sentuh aku dalam bayangan karena kenangan tidak bisa kembali meski aku memintamu lagi...

Satu, dua, tiga langkah....
Menyusuri lorong hendak menjumpai sosok wanita yang begitu aku rindukan belaiannya. Jangan pergi... Kamu belum melihatku tersenyum lebar melempar toga ke langit... Kamu belum melihat aku pulang larut malam akibat tugaas negara yang aku hendaki... Kamu belum melihatku berjuang menunggu pria baik dimasa depanku yang akan aku sebut teman... Teman hidup...
Jangan pergi....
Jangan pergi....
lekaslah kembali dalam sadarmu, fasihkan bicaramu sama seperti saat aku menangis malam itu karena sakit....


"Bunda Maria, terpujilah namamu dalam hatiku, ambilah rasa sakit putriku berikan untukku dilain waktu agar dia bisa merawatku dengan baik disaat nanti. Berikan rasa kuat dan berikan dia hati sebaik Malaikatmu, lindungi putriku dalam sakit dan sembuhnya..." teringat doamu yang sama disetiap waktu... 

kali ini aku yang meminta pada Tuhan... "Tuhan, aku yakin perkaramu nyata terhadap umatMu, kembalikan wanita yang paling aku cinta berikan dia rasa pelukan hangat yang selalu Kau berikan kepadaku saat aku merasakan sakit. Jadikan dia selalu pelita dalam doaku padaMu. Bukan untuk orang lain, aku meminta padaMu untuk satu yang paling kucinta."

Sabtu, 17 Mei 2014

Kamu Malaikat...



K
amu, adalah alter ego yang terlepas dari raga sesungguhnya, memilih pergi dari pangkuanNya menyusuri tandusnya Bumi. Menyembunyikan diri dari khalayak ramai, mencari dinding dingin untuk menempel. Terlahir dari keindahan surga, kamu lahir dan tumbuh sendiri, menyebrangi awan hitam yang menyimpan petir, dengan pasti kamu tau setiap saat bisa menyambarmu dan menerpurukanmu di tanah adam. Sendiri? Apa masalah? Bukannya kamu terbiasa dengan kesunyian desir angin yang mengancam? Kamu siapa? Adakah kah yang mengenalmu? Adakah yang mencium aromamu hingga menaikkan bulu romamu? Tuhan mempersiapkan kamu, untuk menjadi pemimpin pasukan tersembunyi bagi jiwa yang butuh perlindungan, Tuhan mempercayaimu untuk pelindung raga yang lemah akan sakit. “Zelice jatuh cinta dengan Adam di Bumi.” Nantinya akan dipakaikan pakaian yang mahal dan mempesona meski saat ini hanya ruhmu yang bertelanjang bulat menyusuri bumi Allah, namun hanya aku saat ini yang membicarakanmu, yang menulismu, yang melihatmu selain mereka para malaikat kudus Allah yang sibuk memperhatikanmu dari kejauhan sana dengan kenikmatan tiada tara. Kamu, Zelice... Begitu Dia memberimu nama. Nama yang cantik untuk Ruh Malaikat yang terpuji. Bosankah kamu dengan tak berwujudnya kamu saat ini? Ini pilihanmu bukan? Bahkan dia menuruti apa yang jadi kehendakmu dengan menyusuri bumi walau mencari, entah apa yang kamu cari sayang? Aku... Bisakah aku meminjamkan ragaku untukmu? Bodohkah aku? Atau... Begitu banyak tanda tanya difikiranku yang siap mengancam memori pendekku karena kamu, bayangan cantik yang muncul sekelebat.  Kamu, patutkah aku iri saat aku bisa memandangmu dari jendela kamarku disetiap malam? Bisakah aku bicara padamu? Malaikat bersayap hitam bertelanjang. Taukah kamu tentang aku yang memandangimu? Sengajakah? Atau ini kecerobohanmu yang akan mengantar pada tempat yang lebih buruk dari Bumi? Hendaklah kemari, kunjungi aku gads cacat di kursiroda.  Aku menghardik diriku sendiri mencaci sesuatu yang aku tau tak akan bisa berganti. Sedangkan kamu antara kekaguman dan keirianku. Bisakah kamu menyentuh kulit tubuhku yang kering karena tak terawat ini?  Atau kenapa tidak kamu rubah saja rupa burukku dan kaki cacatku. Apa kamu mau membantu?
A
ku menyusuri daratan yang berair menghinggapi apa yang bisa aku tumpangi. Aku terkadang lelah dengan apa yang aku cari. Aku sering menangis ketika melihat apa yang seharusnya tak aku lihat ketika masih di Tanah Firdaus Oh... Aku merindukan itu. Haruskah aku ikut merasa sakit dengan apa yang aku lihat. “Aku terlalu suci, oooh aku naif...”
Aku Malaikat, yang mencari kamu. Pria yang aku lihat saat menyusuri jalan desa berwangikan surga. Aku mencari... Aku mencium menerka-nerka dimana baumu dapat aku hirup. Aku seperti manusia yang sedang jatuhcinta...
“Kamu, Malaikat Zelice...” sontak aku menyapanya malam itu.
“Kamu, Erine gadis kebanggan Tuhan. Bersabarlah dalam nikmat kuasa yang diberikan olehNya kepadamu...” Dia sujud berbicara dengan membelai kakiku.
“Aku adalah fansmu yang mungkin hanya satu didunia. Bukankah? Hanya aku bukan? Hei kemana sayap hitammu? Rupamu tak lagi sama...” kalimatku terpotong dengan dengus nafasnya yang mendekati punggungku. Tuhan, aku dipeluk oleh Malaikatmu. Seketika aku terlelap dipelukannya, lalu... Menghilang seperti asap kabut tebal malam. Aku dikelabui...
“Tidurlah sayang, tidurlah. Penglihatanmu tentang aku akan membuatku sulit pada nantinya. Tidurlah dalam pelukanku. Tidurlah, akan aku nyanyikan lagu kesukaanmu sebelum tidur yang sering Ibumu nyanyikan pada setiap malam untuk menenangkan kamu saat menangis meminta Asi. Aku menyaksikan itu dari kejauhan. Tidurlah Erine... Tidurlah gadis penyayang...” Dia menghilang sesaat setelah itu. Pergi ditiup angin. Pergi menyusuri Bumi mencari Adam, pria misterius disenja itu.
Ranting pohon bergesekkan menimbulkan suara khasnya yang kasar. Harum cemara sore itu, menyembunyikan harum-harum sesungguhnya. Harum orang yang berlalu-lalang yang menggunakan parfum buatan manusia tanpa memperhatikan keberadaannya yang bertengger di batang pohon kokoh. Dia perhatikan satu persatu manusia yang sibuk dengan urusan masing-masing. Kemanusiaannya terbentuk....
Aku rasakan bulu sayapku perlahan rontok ketika tertiup angin. Sebentar lagi aku dapatkan tubuh manusia tanpa sayap tanpa ekor emas ini. Tuhan, aku merinduimu... Maafkan aku. Sungguh baik Engkau. Aku berjanji, hanya dia Adam yang aku cari. Hanya dia... Maaf menyalahkan takdirmu. Tuhan, akan aku jaga raga pinjaman ini.

Tuhan, berkati aku, ZeliceMu...
 Malaikat MalamMu yang nakal...

Aku terbang. Aku belajar berjalan... Mencarinya, Adam yang mengusikku setip malam lewat bayangan. Tuhan...






Senin, 21 April 2014

...

Sangat mudah, sampai aku tak benar-benar mengerti, apakah kita memang telah benar-benar berpisah? Atau dulu, sebenarnya kita tak punya keterikatan apa-apa. Hanya saja aku dan kamu senang mendengungkan rasa yang sama, cinta yang dulu kita bela begitu manis berbisik. Lirih... dingin... mempesona... Segala yang semu menggoda aku dan kamu, kemudian menyatulah kita, dalam rasa (yang katanya) cinta.

Minggu, 05 Januari 2014

pencipta awan

Kamu begitu hebat menciptakan awan-awan besar untuk aku tumpangi. Aku pakai untuk membantuku terbang lebih tinggi saat bisa terseyum bersama kamu. Taukah kamu? Awan itu terkadang tertiup angin, membawaku jauuuuh dari dirimu, namun tak jarang kamu membiarkan aku pergi dan tak mencariku. Tak masalah bagiku, selama awan putih itu tak berubah manjadi mendung yang bisa membawaku menghempas tubuhku ketanah. Bukan persoalan ketika harus berjauhan denganmu asal bisa memperhatikanmu terus dalam doa yg melayang bersama angin kencang itu, awan ciptaanmu akan kembali, begitupun aku. Aku melihatmu lagi. Memelukmu lagi. Aku menyayangimu, wahai pencipta awan.

Selasa, 10 Desember 2013

Jarak , waktu dan Perasaan

Seandainya hati dapat sejalan dengan apa yang kita fikirkan. Seandainya saja tak pernah ada nama kita dalam kumpulan tulisanku. Dan seandainya saja perasaan bisa dikendalikan


Jarak , waktu dan perasaan


Aku tak pernah tau mengapa ada harus ada jarak yang membentang dalam kisah kita. Aku ingin pernah bisa menghentikan waktu yang terus berputar. Agar kita bisa tetap berada dalam waktu terindah seperti saat itu. Aku selalu ingin bisa mengendalikan hati sama dengan fikiran. Agar aku tak selalu menangis ketika perpisahan itu hendak terjadi. Lalu agar aku berfikir tentang kita, hati ini bisa terlepas dari masa dimana aku tidak bersamamu.


Dari 3 hal itulah aku belajar tentang jarak , waktu dan perasaan...


Tentang jarak... aku mengerti sejauh mana kita terpisah disanalah akan terselip rasa cemas, rindu bahkan rasa curiga yang tidak seperti biasa saat kita berada dalam jarak yang dekat.


Tentang waktu... aku merasakan rindu yang begitu besar namun hanya bisa berkurang bila aku mendengar suaramu dan kabar baikmu dari kejauhan sana. Mengertilah kelak diwaktu yang tepat aku sangat bersyukur dengan penantian panjangku untuk menunggumu.


Tentang perasaan... ketika aku terjebak dalam jarak dan waktu fikiranku melayang pergi jauh dari ragaku untuk terus menerawang mengikuti dirimu. Taukah dirimu? Perasaanku tak berubah, kamu tetaplah kamu yang aku sayangi :)

Sabtu, 10 November 2012

flying ears and bundles of fur :)

















her obsession with tiny fat furry creatures is never-ending. bunnies are so cute..small paws and cottony-soft fur and moist noses and puffy ears. it kinda makes up for the horrible smell and the gallery of tiny rabbit hair on her clothes after minutes of rabbit-cradling.